Tuesday, February 9, 2016

Penawar Ampuh Virus Zika Bisa dengan Rekayasa Genetik Pada Nyamuk


Wabah virus zika sudah dinyatakan sebagai masalah kesehatan dunia. Banyak peneliti dari berbagai negara yang berlomba untuk menciptakan obat atau melakukan tindakan pencegahan agar tak terserang virus ini. 

Ilmuwan Inggris adalah salah satu yang berusaha mencari tindakan untuk mengatasi wabah. Mereka melakukan rekayasa genetika terhadap jutaan nyamuk. Jutaan nyamuk hasil rekayasa genetika ini akan dibebaskan di negara-negara yang terkena virus zika. 
Para ilmuwan di perusahaan bioteknologi Inggris Oxitec, percaya virus zika bisa dikendalikan dalam waktu singkat jika nyamuk rekayasa genetika ini dilepas. 

Mengutip The West Australian, pengendalian ini bekerja dengan cara memengaruhi siklus hidup nyamuk pembawa virus. Nyamuk rekayasa genetik jantan akan kawin dengan nyamuk virus betina. Ini akan membuat gen siklus hidup virus yang lebih pendek pada 'bayi' nyamuk. 

Nyamuk secara genetika direkayasa untuk memiliki gen pembunuh. Gen ini akan diteruskan kepada telur nyamuk untuk mencegah mereka matang dan menetas. 

Perubahan genetik ini juga menyebabkan pupa nyamuk bersinar dalam gelap sehingga lebih mudah dilacak. 

Uji coba di Brasil menunjukkan bahwa nyamuk rekayasa ini menyebabkan menurunnya populasi nyamuk Aedes Aegypti sampai 90 persen. Hal tersebut menyebabkan kasus demam berdarah merosot sampai 99 persen. 

Sementara, metode penyemprotan dianggap hanya bisa mengurangi nyamuk antara 30-50 persen saja. Nyamuk ini awalnya dilepas di kota Piracicaba, dekat Sao Paulo yang berpopulasi 3000 jiwa. 

Pedro Mello, sekretaris kesehatan di Piracicaba mengatatakan bahwa percobaan sudah sukses besar. Kasus penyakit DBD di distriknya menurun dari 133 kasus menjadi satu kasus antara tahun 2014-2015 ke tahun 2015-2016. 

Dalam beberapa minggu ke depan, Oxitec berharap diberi lampu hijau untuk memasok nyamuk rekayasa genetika. WHO diklaim juga mendukung adanya teknologi baru untuk mengatasi zika. 

"Secara keseluruhan, nyamuk rekayasa genetika ini bisa dengan cepat menghentikan wabah. Kami berharao bisa mendapat lampu hijau segera," kata Hadyn Parry, Chief Executive Oxitec.

Sumber

Friday, January 29, 2016

Beberapa Gejala Khas yang Membedakan Virus Zika dan DBD

Beberapa Gejala Khas yang Membedakan Virus Zika dan DBD

Sejumlah ahli melihat banyak kesamaan gejala antara demam berdarah dengan demam Virus Zika. Kedua demam ini diawali dengan suhu yang naik dan turun serta linu hebat pada persendian dan tulang. Kadang juga disertai mual, pusing, rasa tidak nyaman di perut, disertai rasa lemah dan lesu yang hebat.

Dari dokumen yang dikirim Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr Koesmedi, SpOT kepada Health Liputan6.com pada disebutkan beberapa kesamaan sebagai gejala awal yang membuat Zika teridentifikasi sebagai demam berdarah dengue (DBD).
Sebenarnya terdapat beberapa gejala khas yang bisa membedakan keluhan infeksi virus Zika dengan penyakit demam berdarah dengue. 

Inilah beberapa gejala khusus tersebut:

1. Demam cenderung tidak terlalu tinggi, kadang maksimal berada pada suhu 38 derajat Celsius. Demam cenderung naik turun sebagaimana gejala demam berdarah, tetapi tidak terlalu tinggi.

2. Muncul beberapa ruam pada kulit berbentuk makulapapular atau ruam yang melebar dengan benjolan tipis yang menimbul. Kadang ruam meluas dan membentuk semacam ruam merah tua dan kecoklatan yang mendatar dan menonjol.

3. Muncul rasa nyeri pada sendi dan otot. Terkadang disertai lebam dan bengkak pada sendi dan otot seperti terbentur dan keseleo ringan.

4.  Kerap muncul keluhan infeksi mata menyerupai konjungtivitas dengan mata kemerahan. Kadang warna sangat kuat pada bagian dalam kelopak sebagai tanda munculnya ruam pada bagian dalam kelopak mata.

Lebih lanjut, meski beberapa pakar belum mengirim sinyal tanda penyakit ini tidak berbahaya, sejauh ini tidak ada kasus kematian yang muncul karena infeksi virus Zika. Penyakit ini hingga saat ini masih terus diteliti. Namun, sejauh ini demam Zika tidak menandakan sebagai penyakit berbahaya, kecuali adanya masalah gangguan sendi, sakit kepala hebat, dan ruam yang membuat kulit terasa kurang nyaman dan gatal.

Penyakit yang memerlukan masa inkubasi 3 hari sebelum serangan ini juga kerap kali sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan medis yang serius. Dalam kondisi tubuh yang baik, penyakit akibat infeksi virus Zika dapat pulih dalam tempo 7 sampai 12 hari.

Orang yang menemukan kasus ini untuk pertama kali di Jambi pada 2015, Deputi Direktur Eikjman Institute Dr. Herawati Sudoyo Ph.D tidak menyarankan asupan vitamin khusus seperti yang selama banyak dibicarakan orang. Dari penelitian yang ada, ia menyatakan, terbukti multivitamin tidak ada gunanya.

Sumber.

Waspada Penyebaran Virus Zika saat Musim Hujan Berlangsung

Waspada Penyebaran Virus Zika saat Musim Hujan Berlangsung


Virus Zika ditularkan melalui nyamuk. Di musim hujan pastinya akan meninggalkan banyak genangan air, tak ada salahnya mewaspadai penularan virus ini.

Dijelaskan oleh dr. Ari Fahrial Syam, PhD, FACP dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), penularan virus Zika sama seperti demam berdarah. Virus Zika dan demam berdarah ditularkan oleh nyamuk yang sama yaitu Aedes aegypti. Nyamuk ini juga dikenal sebagai vektor chikungunya.

Infeksi demam berdarah, tutur dr Ari, biasanya meningkat pada saat musim hujan. Artinya kemungkinan infeksi Zika maupun chikungunya pun bisa terjadi pula di musim ini. 
"Memang virus Zika ini dapat  terjangkit di musim hujan seperti saat ini," ujarnya dalam keterangan tertulis pada wartawan

dr Ari menjelaskan nama Zika diambil dari nama hutan di Uganda. Pada 1948, virus Zika pertama kali diisolasi dari monyet di hutan Zika. Virus Zika sendiri merupakan Flavivirus kelompok Arbovirus, bagian dari virus RNA.

Setelah itu mulai dilaporkan kasus-kasus infeksi virus Zika di Afrika, Asia Tenggara, Mikronesia, Amerika Latin, dan Karibia.

Untuk kasus Zika di Indonesia, pada 2015 lalu lembaga Eijkman Jakarta telah mengisolasi virus tersebut. Penelusuran kepustakaan yang dilakukan dr Ari, ternyata pada 1981 peneliti Australia telah melaporkan pasien yang terinfeksi virus Zika setelah bepergian ke Indonesia. 

"Laporan-laporan tentang penularan kasus ini dari Indonesia terus berlanjut. Pada tahun 2013, peneliti Australia juga melaporkan kembali penemuan satu kasus infeksi virus Zika pada seseorang warga negara Australia setelah melakukan perjalanan selama 9 hari ke Jakarta," papar dr Ari.

Penemuan kasus tersebut telah dipublikasi di American Journal Tropical Medicine and Hygiene.

Sumber